Wiralodra pendiri Indramayu dari Bagelen ?

 

Dalam sejarah di Indramayu terdapat tokoh yang menggunakan nama Wiralodra yakni Raden Bagus Maulana Ali Wirasamudra dan Raden Bagus Wirantaka.

Raden Bagus Maulana Ali Wirasamudra dikenal juga dengan nama Raden Bagus Aria Wiralodra dan Raden Bagus Wirantaka dikenal dengan nama Kiyai Ngabehi Prawiralodra atau Prawirasecapa.

Keduanya dapat di bedakan berdasarkan tahun pada jaman dan nama aslinya. Beberapa diantara para sejarawan pastinya merasa keliru dengan kedua tokoh tersebut.

Raden Bagus Maulana Ali Wirasamudra atau Wiralodra adalah pendiri Kesultanan Dermayu yang hidup di jaman Majapahit antara tahun 1450-1520-an. Raden Bagus Maulana Ali Wirasamudra lahir di Mataram (Tidar) pada masa kepemerintahan Majapahit, Raden Wirasamudra adalah putra dari Raden Jaka Samudra.

Sedangkan Kiyai Ngabehi Prawiralodra memiliki nama asli Raden Bagus Wirantaka dan hidup pada masa kepemerintahan Kesultanan Mataram Islam. Raden Bagus Wirantaka berasal dari Bagelen atau Purworejo Jawa Tengah dan putra dari Raden Tumenggung Nilasaba atau cucu dari Sunan Geseng (Raden Mas Cakrajaya).

Dalam Babad Kanzi atau Jatibarang menyebutkan, bahwa Raden Bagus Wirantaka adalah Pangeran Panembahan Mataram Islam di Sumedang pada saat Rangga Gempol bertahta di Kerajaan Sumedang Larang tahun 1672-an.

Rangga Gempol juga dahulunya seorang mentri Dermayu asal Sumedang utusan Mataram Islam di Kesultanan Dermayu pada masa kepemerintahan Sultan Syahma’un atau Wiralodra ke VII tahun 1657 atau pada masa Dermayu dan Sumedang berada dalam kekuasaan Mataram Islam.

Pada saat penguasa Mataram Islam Sultan Hamengkurat ke I melakukan hubungan dengan VOC dari Perjanjian Jepara yang lebih mengarah kepada penyerahan daerah pesisir utara kepada VOC, penguasa Dermayu Sultan Syahma’un mengambil tindakan untuk memisahkan Dermayu dengan Mataram Islam.

Sultan Hamengkurat ke I memperbolehkan Syahma’un untuk berkuasa di Dermayu secara Dinasti, namun Syahma’un tidak izinkan untuk memisahkan Dermayu dari Mataram Islam.

Dalam arti lain Kesultanan Dermayu masih sebagai kerajaan bawahan dari Mataram Islam, sedangkan Rangga Gempol sebagai mentri Mataram di Dermayu mendengar langsung dari Sultan Syama’un tentang perjanjian Jepara antara Mataram Islam dengan VOC.

Rangga Gempol mengambil kesempatan dari pengkhianatan Mataram di pesisir utara, yang kemudian Rangga Gempol menobatkan dirinya sebagai Raja Sumedang Larang yang memisahkan diri dari Mataram Islam.

Sultan Hamengkurat ke I mengutus Kiyai Ngabehi Wirantaka, Raden Tanujiwa, Raden Tanujaya dan Raden Singataka untuk menjadi pangeran panembahan Mataram Islam di Sumedang Larang.

Pada tahun 1680-an, Kesultanan Banten menyerang Kerajaan Sumedang Larang di Tegalkalong. Rangga Gempol, Raden Tanujaya, Raden Tanujiwa dan Raden Singataka tidak di khendaki hidup setelah serangan itu, namun Kiyai Ngabehi Prawiralodra atau Wirantaka menyelamatkan diri dengan pergi ke Kesultanan Dermayu.

Pada saat itu, Kesultanan Dermayu dipimpin oleh Sultan Kertawijaya atau Adipati Anom (Wiralodra ke VII) putra Sultan Suramenggala (Singalodra) atau (Wiralodra ke VI). Raden Kertawijaya menjabat di Dermayu dari tahun 1670 sampai tahun 1678.

Kiyai Ngabehi Wirantaka bertemu Sultan Kertawijaya dan meminta tinggal di Dermayu. Raden Wirantaka selama tinggal di Dermayu, bahwa dia di tunjuk sebagai Syah Bandar atau mentri Pemajegan (Pajak) oleh Sultan Kertawijaya pada tahun 1678.

Pada tahun 1678 juga, kepemerintahan Sultan Kertawijaya di Dermayu digantikan oleh ponakannya yaitu Sultan Keristal putra Sultan Syahma’un (Syama’un). Raden Kertawijaya atau Adipati Anom juga mendirikan kantor pajak Dermayu di Cirebon dan kantor pajak itu bernama Kanoman (bukan Kesultanan Kanoman).

Hal itu dikarenakan Sultan Hamengkurat ke I menyerahkan wilayah Cirebon ke VOC dari Perjanjian Jepara dan oleh karena itu Raden Kertawijaya dari Kesultanan Dermayyu membeli wilayah Cirebon kepada VOC dengan mendirikan kantor pajak Dermayu di Cirebon bernama Kanoman dari tahun 1670 sampai 1686.

Kepemerintahan Sultan Keristal, mengganti gelar Prawiralodra pada Wirantaka menjadi Prawirasecapa. Tujuan itu dilakukan oleh Sultan Keristal supaya Raden Wirantaka ini tidak dianggap sebagai Wiralodra pendiri Kesultanan Dermayu, sebab bisa keliru tentang garis keturunan.

Sultan Keristal memulangkan Raden Wirantaka atau Prawiralodra kembali ke Bagelen tahun 1686. Di Bagelen Raden Wirantaka mengganti namanya lagi menjadi Raden Singataka. Tujuan itu dilakukan supaya Wirantaka tidak dihukum mati oleh Mataram, yang mana aslinya Raden Singataka, Raden Tanujiwa dan Raden Tanujaya meninggal dan dikebumikan di Sumedang.

Raden Wirantaka sengaja mengganti namanya sendiri menjadi Singataka supaya Sultan Hamengkurat ke II menobatkan Raden Wirantaka ini sebagai Tumenggung di Bagelen, selain itu Raden Wirantaka juga berbohong mengaku sebagai keturunan Singalodra, yang aslinya Raden Wirantaka adalah keturunan Raden Nilasaba di Bagelen.

Kisah Wirantaka ini diketahui melalui catatan De Graff, yang menyebutkan Kiyai Ngabehi Prawiralodra bekerja sebagai Syah Bandar di Kesultanan Dermayu tahun 1678.

Sedangkan dalam Carik Braja Mataram Islam, Prawiralodra dianggap sebagai Bupati Dermayu, namun pada saat Mataram Islam menduduki daerah pesisir utara terutama di Kesultanan Dermayu sedang dipimpin oleh Sultan Suramenggali (wiralodra ke V) dan Suramenggala (Singalodra) atau wiralodra ke VI.

Raden Suramenggala adalah anak angkat Sultan Agung Mataram Islam tahun 1628, Suramenggala (singalodra) juga saudara kandung dari Sultan Suramenggali, yang mana Sultan Syah Werdhinata atau Sura Muda (wiralodra ke IV) menikahi Nyi Mas Ratu Ayu Inten putri saudagar Tiongkok muslim dan dari pernikahan itu dikaruniai dua putra kembar yakin : Raden Suramenggali dan Raden Suramenggala (Singalodra).

Dalam catatan lama Mataram Islam tentunya juga terdapat nama Suramenggala dan Pangeran Adipati Anom (Kertawijaya), yang mana Raden Syah Suramenggala menikahi putri dari salah satu istri Sultan Agung Mataram Islam tahun 1628.

Raden Syah Suramenggala memiliki putra Raden Kertawijaya atau Pangeran Adipati Anom era Sultan Hamengkurat ke I dan pada masa kepemerintahan Sultan Hamengkurat ke II tahun 1670-an di Kesultanan Dermayu di jabat oleh Sultan Kertawijaya atau Adipati Anom sampai tahun 1678.

Di tahun 1678, Raden Wirantaka dari Bagelen di Sumedang melarikan diri ke Dermayu dan bertemu Kertawijaya. Jadi disini dapat ditarik hipotesis, bahwa Raden Bagus Wirantaka atau Kiyai Ngabehi Prawiralodra dari Bagelen bukan pendiri Kesultanan Dermayu atau bukan pendiri Indramayu, sedangkan yang mendirikan Kesultanan Dermayu atau pendiri Indramayu adalah Raden Bagus Maulana Ali Wirasamudra putra Raden Jaka Samudra.


Sumber :

Sejarah Indramayu



Lebih baru Lebih lama